Come Back

 

BANYAK ORANG KRISTEN ZAMAN INI

YANG MASIH BERADA DI BAWAH MURKA ALLAH

 

 

Oleh: Dr. Eddy Peter Purwanto

Dikhotbahkan di Philadelphia Baptist Fellowship, 30 April 2006

            Setiap orang berdosa yang belum bertobat, tidak peduli sudah menjadi orang “Kristen” atau belum selalu berada di bawah murka Allah. Oleh sebab itu, baiklah setiap orang Kristen menguji diri mereka masing-masing, sudahkah mereka bertobat dan dilahirkan kembali di dalam Kristus.

 

GAMBARAN KONDISI KEKRISTENAN ZAMAN INI

 

Dr. R.L. Hymers, Jr. berkata, “Saya meyakini bahwa banyak orang yang berpikir bahwa mereka telah diselamatkan, namun pada kenyataannya masih terhilang atau belum diselamatkan. Saya percaya bahwa mereka akan ditinggalkan ketika Yesus datang. “Rapture” atau hari pengangkatan berhubungan dengan saat Yesus kembali dan orang-orang Kristen sejati tiba-tiba diangkat dan berjumpa dengan Dia di udara (band. 1 Kor. 15:52-54; 1 Tes. 4:14-18).”[1]

 

Dr. Combs berkata bahwa pengangkatan dapat datang kapan saja, dan Kristus memberikan peringatan kepada kita dalam perikop ini. Jika anda “tertidur” anda akan ditinggalkan!” “Supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapati tidur” (Mark. 13:36). Orang yang “tidur” adalah orang yang beragama atau saleh namun sebenarnya belum diselamatkan. Mereka adalah orang yang belum sungguh-sungguh bertobat dan tidak akan diangkat ketika Yesus datang. Orang seperti ini akan ditinggalkan di bumi. Mungkin saja ini adalah Anda. Anda harus pikirkan tentang hal yang sangat serius ini.

 

Dr. James Binney, yang adalah direktur Moorehead Manor dan editor Issues of the Heart Journal. Dalam artikelnya yang berjudul “Can Church Members Go to Hell?”, Dr. Binney berkata, “Ketika saya pertama kali menjadi orang Kristen, saya beranggapan bahwa semua orang yang ada di gereja secara otomatis pasti masuk sorga. Itu adalah anugerah. Setelah menjadi anggota gereja, kemudian menjadi gembala, saya telah memikirkan ulang tentang hal ini. Saya telah berinteraksi dengan para pemimpin yang meragukan iman mereka, yang lain lagi tidak dapat dengan jelas menjelaskan bagaimana mereka diselamatkan, dan bahkan yang lain lagi secara blak-blakan mengatakan bahwa mereka tidak pernah diselamatkan. Bayangkan ada 20 gembala yang mengaku bahwa mereka belum diselamatkan dalam satu kota! Ini yang terjadi… ketika George Whitefield berkhotbah di Boston. Dr. Bob Jones, Sr. berkata, “Saya telah menghabiskan hampir sepanjang hidup saya dalam pelayanan. Tidak seorangpun akan mengatakan kepada Anda bahwa setiap pengkhotbah di Amerika adalah orang yang telah diselamatkan.”[2]

 

Dr. Binney percaya bahwa banyak hamba Tuhan hari ini yang belum diselamatkan. Pengkhotbah-pengkhotbah ini tidak akan siap ketika hari pengangkatan itu tiba!

 

Dr. Binney juga percaya bahwa banyak anggota gereja yang belum diselamatkan. Ia menghubungkan dengan dukungan para pemimpin besar Kristen untuk mendukung posisinya ini:

 

Dr. Rod Bell, president of the Fundamental Baptist Fellowship of America, memperkirakan bahwa 50 persen dari anggota gereja hidup tanpa Kristus. Perkiraannya ini sesuai dengan perkiraan Bob Jones, Sr. … yang pada tahun 1940 juga memperkirakan 50 persen. Dr. B. R. Lakin memperkirakan bahwa 75 persen masih terhilang. W.A. Criswell bahkan akan terkejut bila melihat 25 persen anggota jemaatnya di sorga. Dr. Bob Gray, yang cukup lama melayani sebagai gembala Trinity Baptist Church of Jacksonville, Florida, suatu kali berkata bahwa mungkin 75 persen dari orang-orang yang telah ia baptiskan ternyata belum diselamatkan. Billy Graham meletakkan jumlah pada 85 persen (beberapa tahun lalu) ketika A.W. Tozer dan konsultan Southern Baptist Jim Elliff menaikan menjadi 90 persen. Ini adalah jumlah yang membuat sock untuk diyakini, namun tidak mengherankan banyak orang masih terhilang walaupun sudah ada dalam gereja yang tak kurang-kurangnya terus meningkatkan berbagai metode penginjilan… Di negeri ini (America) dari pesisir ke pesisir Kekristenan begitu banyak dengan ribuan gedung gereja dan jutaan anggota, sungguh berat untuk menyatakan begitu dalam permasalahannya.. Alasannya begitu banyak yang berpikir bahwa mereka telah diselamatkan namun pada kenyataannya masih terhilang sebagai akibat dari kesalah-mengertian tentang maksud keselamatan. Banyak orang taat agama yang percaya bahwa mereka adalah orang Kristen sejati karena beberapa kriteria eksternal atau yang tampak dari luar. Ini mungkin karena mereka merasa sudah berdoa untuk diselamatkan. Ini juga mungkin perasaan mereka yang menduga dirinya telah diselamatkan. Alkitab memberikan peringatan menghadapi dependensi terhadap hal-hal yang salah untuk keselamatan.[3]

 

Evangelis Luis Palau adalah salah satu dari penginjil terkenal. Beberapa waktu yang lalu, Palau berkata,

 

Amerika, dimana 80 persen rakyatnya mengklaim Kristen, tetapi sedikit yang kehidupannya berbeda dengan para penyembah berhala dan atheis, seolah-olah Tuhan tidak ada dalam hidup mereka. Hati mereka belum diubahkan.[4]

 

Dr. James Dobson, dari Focus on the Family, berkata:

 

Banyak jemaat awam tidak mengetahui bahwa institusi gereja berada di bawah kesulitan yang serius saat ini.  Begitu banyak gereja lokal saat ini, namun kira-kira 3,000-4,000 gereja tutup setiap tahunnya. Pollster George Barna membandingkan gereja ini dengan kapal “Titanic”. Ia berkata, “ Ini sangatlah besar, elegan, dan cepat tenggelam.” Tingkat kehadiran aktivitas rohani di Amerika Serikat setiap minggunya terus menurun dari 49 persen pada tahun 1991 menjadi 37 persen pada saat ini. Selanjutnya, 80 persen dari pertumbuhan gereja merupakan hasil pindahan dari anggota gereja lain. Stastistik ini memberitahukan kepada kita bahwa penginjilan sedang mandek total. Ada sesuatu yang salah dalam gambaran ini. Tak pelak lagi, mayoritas orang Amerika sedang menceburkan diri ke dalam ekspresi keagaman yang tanpa memiliki substansi.[5]

 

Palau dan Dobson menyadari fakta bahwa banyak anggota gereja yang belum diselamatkan. Dan mereka tidak sendirian dalam hal ini. Pengkhotbah besar dan penulis dari Inggris, Dr. Martyn Lloyd-Jones, berbicara tentang kesesatan yang dahsyat yang terus meningkat menghiasi gereja selama ratusan tahun yang lalu.”[6]

Almarhum Dr. Monroe “Monk” Parker sering dijuluki “The Dean of American Evangelists.” Dr. Parker suatu kali berkata, “Jika kita dapat memperoleh separuh dari jemaat kita diselamatkan, kita telah memiliki kebangunan yang luar biasa. Pada kenyataannya, saya pikir jika kita dapat memperoleh separuh dari pengkhotbah di Amerika bertobat, kita akan melihat kebangunan yang luar biasa.”[7]

            Menurut survei yang dimuat dalam Baptist Bible Tribune, 15 April 1996 dengan judul topik Born Again Christians Ignorant of Faith melaporkan bahwa delapan dari sepuluh (80 %) orang yang mengaku sudah lahir baru setuju dengan pernyataan ini, “Alkitab mengajarkan bahwa Allah akan menolong orang yang menolong dirinya sendiri; 49 % setuju dengan pernyataan bahwa “Iblis atau Setan sebenarnya tidak ada tetapi itu hanya simbol kejahatan saja; empat dari sepuluh (39%) orang Kristen yang mengaku sudah lahir baru percaya bahwa “jika seseorang berbuat baik atau cukup dengan melakukan perbuatan baik di sepanjang hidupnya, mereka akan memperoleh tempati di sorga, sementara yang benar adalah bahwa kita akan masuk Sorga karena “mengakui dosa kita, bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita;” Tiga dari sepuluh (30%) mengklaim bahwa “Yesus Kristus adalah guru yang agung, namun Ia tidak mengalami kebangkitan fisikal setelah disalibkan; 29 % mempertahankan bahwa ketika hidup di bumi Yesus adalah manusia biasa yang melakukan dosa sama seperi manusia lainnya…. Tiga dari sepuluh (31 %) orang dewasa melihat neraka sebagai tempat yang benar-benar riil, empat dari sepuluh (37%) berkata bahwa Neraka bukan tempat, namun itu hanya untuk merepresentasikan kondisi permanen keterpisahan dari hadirat Tuhan. Dan dua dari sepuluh orang Amerika (19%) percaya bahwa  Neraka hanyalah simbol, bukan suatu tempat fisikal yang benar-benar ada.[8]

            Dr. R.L. Hymers, Jr mengomentari survei ini dengan berkata, “Survei ini menunjukkan gambaran dari gelapnya Kekristenan di negara kami. Kita tidak perlu mencari tahu seberapa banyaknya atau sedikitnya jumlah dari orang Kristen lahir baru di sini. Namun dari berbagai statistik yang kita telah berikan, bagaimanapun juga, jumlah yang nampak terlalu sedikit… Banyak orang memberikan catatan bahwa kondisi kerohanian generasi kita ini sudah sama seperti zaman Nuh, namun hanya sedikit yang  menyadari betapa kesesatan besar ini telah datang dalam sejarah kita sekarang ini.”[9]

 

 

APA YANG MENYEBABKAN KONDISI INI?

 

Dr. R.L. Hymers, Jr berkata bahwa kita harus menyadari bahwa kita sekarang, pada saat ini, hidup pada zaman kesesatan yang dikatakan dalam II Tesalonika 2:3. Kesesatan dimulai dengan pelayanan Charles G. Finney pada tahun 1820-an.  Kesesatan ini bertumbuh terus dalam tujuh dekade ke dalam kondisi yang dahsyat seperti yang kita lihat pada gereja-gereja hari ini. Charles G. Finney adalah orang yang mulai menawarkan bentuk decisionism untuk penginjilan abad modern.

Apakah decisionism itu? Decisionism adalah kepercayaan bahwa orang  diselamatkan hanya dengan cara maju ke depan, angkat tangan, berdoa menerima Yesus Kristus, memegang doktrin yang benar, membuat komitmen menjadikan Yesus Tuhan, atau beberapa tindakan eksternal atau manusia lainnya, yang disejajarkan, menjadi bukti dari pertobatan batiniah; ini juga percaya bahwa seseorang diselamatkan dengan cara menunjukkan pengambilan keputusan secara eksternal; percaya bahwa tindakan demikian menunjukkan bahwa ia sudah diselamatkan.[10] Dan ini sangat berbeda dengan penekanan pertobatan (conversion) yang secara terus menerus di khotbahkan oleh Yohanes Pembaptis, Yesus Kristus, Rasul Petrus, Rasul Paulus, Martin Luther, George Whitefield, Richard Baxter, Jonathan Edwards, C.H. Spurgeon, Billy Sunday dll. Conversion adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus yang telah menarik orang berdosa kepada Yesus Kristus untuk dibenarkan dan dilahirbarukan, dan mengubah posisi orang berdosa di hadapan Allah dari orang terhilang menjadi orang yang telah diselamatkan, impartasi kehidupan illahi untuk jiwa yang telah rusak, yang selanjutnya menghasilkan kehidupan baru dari pertobatan. Sisi obyektif keselamatan adalah pembenaran. Sisi subyektif keselamatan adalah kelahiran baru. Hasilnya adalah pertobatan.[11]

Conversion telah digantikan dengan “decisionisme” melalui pelayanan dan tulisan-tulisan Charles G. Finney. Yang mana pandangan-pandangannya telah ditelan mentah-mentah oleh gereja-gereja evangelikal di Amerika, dan kemudian, di abad dua puluh satu ini merembes kebanyak gereja di  kepulauan Inggris. Dan Dr. Hymers berkata, “Decisionisme Finney pertama meruntuhkan Congregationalis, selanjutnya Methodist, Prebyterian dan berbagai kelompok Baptis. Liberalisme tidak menghasilkan penyesatan dalam gereja-gereja ini – decisionisme-lah yang telah menyebabkannya. Barulah Decesionisme menghasilkan liberalisme. Setiap professor liberal dari salah satu seminari yang pernah menjadi tempat saya belajar teologi mengajarkan supaya mereka mengambil keputusan atau decision. Namun decisions ini tidak mempertobatkan mereka – sehingga mereka masuk ke dalam liberalisme pada saat belajar di sana. Decisionisme menghasilkan liberalisme karena orang yang belum sungguh-sungguh bertobat, walaupun ia telah membuat keputusan menerima Kristus, secara sederhana mereka tidak dapat memahami berita rohani dari Alkitab (band. 1 Korintus 2:14).”[12]

Iain  H. Murray menegaskan bahwa kaum Injili telah berpaling dari ide lama tentang pertobatan pada abad sembilan belas kepada “decisionism” yang diajarkan oleh Charles G. Finney (1792-1875).  Murray berkata, “Ide bahwa pertobatan adalah pekerjaan manusia menjadi endemic bagi evangelikalisme dan, seperti itulah orang-orang telah melupakan bahwa kelahiran kembali adalah pekerjaan Allah, sehingga kepercayaan tentang kebangunan rohani sebagai pekerjaan Roh Allah sudah tidak nampak lagi. Ini disebabkan oleh teologi Finney.”[13]

Perubahan dari penekanan pertobatan kepada ‘decisionism’ yang dimulai oleh Finney juga ditegaskan oleh sejumlah tokoh Kristen lainnya. David F. Wells, Profesor Teologi Historis dan Sistematika di Gordon-Conwell Theological Seminary berkata, “Pergeseran pemahaman tentang pertobatan memiliki beberapa langkah.” Dan ia menjelaskan langkah-langkah itu dan kemudian menekankan bahwa perubahan-perubahan ini adalah bersama dengan pelayanan Charles Finney. Almarhum William G. McLoughlin, Jr yang adalah seorang sejarahwan berbicara tentang “Charles Finney, yang pada tahun 1825-1835 telah menciptakan kebangunan rohani (revivalism) modern. Teolog evangelical J.I. Packer menyetujui ini dan berkata bahwa “tipe penginjilan abad modern ditemukan oleh Charles G. Finney tahun 1820-an.” Richard Rabinowitz telah menulis tentang pergeseran dari penekanan pertobatan kepada ‘decisionism’ sepanjang masa Finney dari sudut pandang sekuler.”

 

 

APA YANG DIHASILKAN DARI ‘DECISIONISM’ ATAU KESESATAN INI?

 

Pertama, kesesatan menghasilkan banyak orang Kristen KTP yang tidak benar-benar bertobat. Judul perikop II Timotius 3:1-7 pada Scofield Study Bible adalah “The Apostasy Predicted” (Nubuatan tentang Kesesatan).[14]

 

“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak mau mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu, yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah mengenal kebenaran.”

 

Kedua, kesesatan menghasilkan banyak orang yang belum diselamatkan di gereja-gereja yang tidak memegang doktrin yang benar. Itulah sebabnya mereka tidak akan mau mendengar khotbah-khotbah  yang menentang dosa; mereka tidak mau mendengar khotbah-khotbah yang menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuhan dan mendidik orang dalam kebenaran. Alkitab berkata, “Beritakanlah firman... nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (II Timotius 4:2). Ayat berikutnya memberikan kepada kita peringatan nubuat ini, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan-nya telinganya”  (II Tim. 4:3).[15]

Dr. Martyn Lloyd-Jones, dalam bukunya yang luar biasa, Preaching and Preachers, berkata,

 

Dapatkah manusia melihat neraka tanpa ketakutan? Dapatkah orang mendengar tuduhan hukum Taurat tanpa merasakan apa-apa? Atau sebaliknya, dapatkah orang sungguh merenungkan kasih Allah di dalam Kristus Yesus dan tidak merasakan apa-apa? Semua ini benar-benar gila. Saya takut bahwa banyak orang hari ini dalam reaksi mereka menentang dan menempatkan emosi mereka untuk menyangkal kebenaran.  Injil  Yesus Kristus selalu membuat orang tidak tenang jika ia tidak bertobat, jika isi Injil tidak menghasilkan hal ini, maka itu bukan Injil. Injil akan membuat orang tidak tenang sebelum bertobat. Semua orang memerlukannya karena Injil memimpin mereka kepada kelahiran kembali; dan sehingga saya katakan bahwa elemen dan perasaan ketidaktenangan ini, perasaan yang digerakkan oleh roh ini, harus selalu menjadi sesuatu yang menonjol dalam pemberitaan kebenaran.”[16]

 

Ketiga, kesesatan mempersiapkan jalan bagi Misteri Babilonia – pelacur besar - yaitu “gereja” palsu atau sesat yang besar di akhir zaman. Wahyu 18:2 mengatakan bahwa gereja-gereja palsu ini “menjadi habitat iblis, dan berdiamnya roh-roh najis.” Ini adalah gambaran di sejumlah gereja arus utama, entah itu Injili, Karismatik dan bahkan gereja-gereja Konservatif zaman ini, sejak begitu banyak anggota jemaat yang belum sungguh-sungguh diselamatkan ada di dalam gereja.[17]

 

Keempat, ajaran sesat menciptakan kekristenan palsu yang membuat susah orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh sudah diselamatkan (Matius 24:9-12).

 

Kelima, kesesatan menghasilkan orang-orang Kristen KTP yang hanya tertarik pada hal-hal materi (Matius 24:37-39).

 

 

APAKAH YANG HARUS DILAKUKAN OLEH PARA GEMBALA DI ZAMAN INI?

 

Dari zaman Yohanes Pembaptis sampai masa Kebangunan Rohani Pertama (1740-1770) dan Kebangunan Rohani Kedua (1800-1830) di Britain dan Amerika, berita utama khotbah penginjilan atau kebangunan rohani serta konseling dari para gembala adalah menekankan berita pertobatan, hingga seprti telah kita lihat di atas sejak mulainya pelayanan Charles G. Finney berita alkitabiah ini mulai bergeser menjadi ‘decisionism’ yang kemudian menyebabkan penyesatan dalam gereja dan banyaknya orang Kristen yang berpikir bahwa mereka sudah diselamatkan, namuan pada kenyataannya mereka belum mengalami pertobatan batiniah atau kelahiran kembali dalam hati mereka. Dan untuk mengantisifasi semakin banyaknya orang yang belum bertobat atau lahir baru yang mendominasi gereja, maka setiap gembala kembali menerapkan metode penginjilan dan konseling dari kaum Puritan dan para Rasul Perjanjian Baru.

Para pengkhotbah Baptis masa lalu membimbing orang-orang yang telah meresponi khotbah mereka. F.L. Chapell yang pernah menggembalakan di Northern Baptist Convention (sekarang American Baptist). Pada tahun 1903 Chapel menulis buku yang berjudul The Great Awakening of 1740, yang di dalamnya ia memperingatkan bahwa gereja-gereja kita akan dipenuhi dengan orang-orang yang sebenarnya masih belum diselamatkan kecuali bila para gembala menerapkan metode konseling dari masa lalu untuk membuat yakin bahwa jemaat mereka telah bertobat.

C. H. Spurgeon adalah salah satu dari para pengkhotbah belakangan yang mengikuti cara penginjilan kaum Puritan. Saya secara pribadi percaya bahwa sungguh berhikmat jika kita kembali ke metode yang digunakan oleh Spurgeon. Terlalu sering orang-orang zaman sekarang ini yang telah dibaptis namun tanpa pertobatan. Saya berpikir cara yang terbaik  untuk menghindari hal ini adalah para Gembala harus mengikuti metode Spurgeon. Ia dengan sungguh-sungguh menghimbau setiap pengkhotbah Baptis untuk menyediakan ruangan yang tenang di mana ia dapat berbicara panjang lebar dengan orang yang terhilang. Ia menjelaskan kepada para mahasiswa di Pastor’s College-nya:

 

Jika Anda mau melihat hasil dari khotbah-khotbah Anda, Anda harus dapat berhubungan dengan orang-orang yang Anda layani. Sungguh mengejutkan bila berpikir bahwa ada hamba-hamba Tuhan yang telah tidak memiliki metode apapun untuk melayani orang-orang yang ragu. Sedini mungkin Anda harus segera menetapkan dan melakukan secara reguler memperhatikan semua orang yang mencari Kristus, dan Anda harus dengan ramah mengundang mereka datang dan berbicara dengan Anda. Carilah domba yang tersesat satu per satu, jangan membenci pekerjaan Anda ini, karena Tuhan Anda dalam perumpamaan-Nya menceritakan gembala yang baik selalu memperhatikan dombanya, bukan dalam suatu kawanan, namun satu per satu.[18]   

 

Berbicara tentang subyek yang sama, pengkhotbah abad tujuh belas Richard Baxter berkata kepada para Gembala:

 

Karya pertobatan adalah hal yang terutama dan teragung yang kita harus arahkan ke sana; setelah ini kita harus  mengerjakan dengan seluruh kekuatan kita… Kita harus siap untuk memberikan bimbingan kepada orang-orang yang bertanya, yang datang kepada kita. Para pelayan tidak hanya melulu menjadi pengkhotbah publik, namun juga dikenal sebagai konselor bagi jiwa-jiwa mereka, sebagai dokter untuk tubuh mereka… sampai di sini Anda sangat perlu memahami masalah-masalah praktis, dan terutama agar Anda harus memahami dengan natur anugerah yang menyelamatkan, dan dapat membantu mereka menguji keadaannya, dan memecahkan pertanyaan utama berhubungan dengan kehidupan atau kematian kekal mereka. Satu perkataan yang dapat dipertanggungjawabkan, nasehat yang bijaksana, yang diberikan oleh hamba Tuhan kepada orang-orang yang membutuhkan, mungkin lebih berguna dari pada banyak khotbah.  [19]

 

            Untuk lebih jelas mengenai metode konseling ini, Anda dapat membaca buku yang saya tulis bersama dengan Dr. R.L. Hymers, Jr, Bangkitkan Kembali Semangat Kebangunan Rohani Kaum Puritan. Dan tujuan konseling demikian adalah untuk menyelidiki apakah orang yang kita layani yang mengaku sudah menerima Yesus itu sudah benar-benar datang kepada Kristus? Apakah ia sudah datang kepada Kristus karena ia tidak dapat meluputkan diri dari dosa-dosanya dengan cara apapun? Apakah ia dibenarkan melalui penyatuan dengan Anak Allah? 

Haruslah dipahami bahwa konseling yang kita nasehatkan harus dilakukan dengan calon anggota gereja yang telah mendengar khotbah model lama, khotbah yang menghakimi dosa, yang menyelidiki hati nurani, dan meninggikan Kristus sebelum mereka dibimbing dalam konseling ini. “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (I Korintus 1:18). Khotbah seperti ini diperlukan sebelum konseling.

Spurgeon berkata, “Ketika berbicara dengan orang-orang yang akan bergabung, saya sering dikejutkan oleh kecerdasan mereka dalam menjelaskan bagaimana masuknya iman dalam hati mereka… saya telah menyelidiki orang-orang demikian sampai ke liang hati mereka seperti halnya jika saya menjadi pemburu rubah, dan telah mencoba untuk menggali mereka dari tempat tersembunyi mereka.”[20] 

Saya percaya bahwa kita tidak harus buru-buru membaptis orang yang datang untuk minta dibaptis, namun bahwa para gembala harus mewawancarai orang-orang yang maju untuk dibaptis dan saya mengusulkan untuk dilakukan setelah ibadah, dan lagi, kemudian, sebelum pelayanan baptisan direncanakan. Orang-orang itu harus dapat memberikan kesaksian keselamatan yang jelas sebelum mereka dibaptis dan diakui menjadi anggota jemaat kami. Kita tidak akan memiliki banyak anggota yang kemudian undur jika kita mengikuti cara yang demikian.

 

 

UJIAN PERTOBATAN

 

Richard Baxter memberikan enam test negatif untuk menunjukkan bahwa seseorang belum sungguh-sungguh bertobat.

 

            Pertama, orang yang tidak melihat dan menyadari bahwa dosanya adalah kejahatan terbesar yang patut dimurkai Tuhan, bukanlah orang yang benar-benar bertobat. Orang yang tidak pernah merasa bahwa dosa-dosanya harus diampuni oleh darah Kristus bukanlah orang yang telah sungguh-sungguh bertobat. Dr. R.L. Hymers, Jr., dalam khotbah yang disampaikan di di Baptist Tabernacle of Los Angeles Kebaktian Minggu Malam, pada tanggal 23 Maret 2003 dengan tema, “Why Believing in the KJV is Not Enough?” berkata;

 

Saya tidak yakin dengan apa yang seseorang katakan tentang apa yang disebut mempertahankan iman – jika ia mencuri uang untuk proyek pelayanannya, ia bukan orang Kristen yang baik – entah ia percaya KJV atau tidak! Ada “pembela” KJV yang berpikir adalah rohani mempertunjukkan perbuatan-perbuatan kedagingan – seperti yang tertulis dalam Galatia 5:19-21.  Omong kosong!

 

Engkau tidak dapat berpura-pura memiliki buah Roh (Galatia 5:22-23). Sifat murah hati orang Kristen, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri dan sebagainya, hanya keluar dari hati yang benar-benar telah bertobat. Itulah “buah Roh.” Beberapa orang yang mengganggap ini sepele, menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki buah Roh dalam hati mereka. Selanjutnya, mereka berpikir bahwa perbuatan daging adalah buah Roh! Mereka tidak dapat membedakannya.

 

            Banyak orang Kristen, bahkan yang berani mengatakan dirinya telah diselamatkan, namun dalam hidupnya tidak pernah menunjukkan buah-buah pertobatannya. Mereka pergi ke gereja hanya sebagai rutinitas dan tidak mempedulikan apakah mereka sudah mengalami pengampunan melalui pertobatan sejati atau belum. Mereka menganggap sepele perlunya pertobatan yang sejati. Saya percaya orang semacam ini bukanlah orang yang telah sungguh bertobat.

 

            Kedua, orang yang tidak menghargai kasih karunia sebagai sesuatu yang agung bukanlah orang yang telah mengalami pertobatan. Kasih karunia adalah pemberian cuma-cuma. Inilah keselamatan di dalam Kristus. Diberikan secara cuma-cuma bukan karena barang murahan yang tidak ada harganya. Seringkali orang berpikir kalau membeli sesuatu dengan harga yang murah atau dengan discount 20 % atau 50 % adalah barang murahan. Begitu juga karena mereka melihat bahwa kasih karunia ini diberikan dengan cuma-cuma atau discount 100 %, maka mereka menganggap murah kasih karunia Allah. Namun saya mau menegaskan kepada Anda, kasih karunia Allah bukan barang murahan seperti yang Anda pikirkan, namun ini adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya. Diberikan dengan cuma-cuma karena tidak seorangpun dapat membelinya walaupun diberi discount 99 %. Orang yang memandang kasih karunia keselamatan dalam Kristus sebagai sesuatu yang murahan dan tidak menghargainya dan bahkan berpikir bahwa mereka harus melakukan dengan kekuatannya sendiri untuk beroleh selamat bukanlah orang yang benar-benar bertobat (Ef. 2:8-9).

            Ada orang Kristen yang bahkan berpikir karena dirinya sudah diselamatkan, sudah dimerdekakan oleh Kristus, maka mereka bebas untuk melakukan dosa, sebab dosanya yang dulu, sekarang, bahkan yang akan datang sudah ditebus oleh Tuhan. Namun Firman Tuhan berkata, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (Galatia 5:13). Kemerdekaan dalam Kristus adalah kemerdekaan dari dosa. Artinya kalau Anda telah dimerdekakan dari perbudakan dosa, berarti Anda akan bebas dari perbuatan dosa atau bebas untuk tidak berbuat dosa dan bukan justru bebas berbuat dosa. Jika Anda berpikir bahwa arti kemerdekaan berarti bebas berbuat dosa, maka Anda bukanlah orang yang sungguh-sungguh merdeka. Anda bukanlah orang yang sungguh-sungguh bertobat, karena Anda tidak menganggap agung kasih karunia Allah di dalam Kristus.

 

            Ketiga, orang yang tidak pernah memiliki hati dan pengharapan untuk sorga, bukanlah orang yang sungguh-sungguh bertobat. Keselamatan seharusnya menjadi sumber sukacita yang besar bagi orang yang telah sungguh-sungguh bertobat. Sorga adalah tempat yang selalu diharapkan oleh orang yang sungguh-sungguh bertobat. Alangkah mengherankan jika ada orang yang mengaku sudah diselamatkan, namun dalam pikirannya hidup di dunia lebih enak dari pada di sorga. Orang-orang demikian biasanya lebih memikirkan kehidupannya di dunia ini daripada pengharapannya akan sorga. Orang yang demikian bukanlah orang yang sungguh-sungguh bertobat.

 

            Keempat, orang yang tidak pernah merasa sedih dan menderita ketika melihat dosa dan tidak membenci dosa bukanlah orang yang telah sungguh-sungguh bertobat. Orang yang telah dimerdekan tidak akan sejahtera ketika ia jatuh ke dalam dosa. Ia akan segera bertobat. Bedanya orang yang sudah bertobat dan belum bertobat adalah jika orang yang sudah bertobat jatuh ke dalam dosa, ia akan segera sadar dan bertobat dan mengalami pengampunan. Ia tidak sejahtera untuk tinggal lebih lama lagi dalam kehidupannya yang berdosa. Namun orang yang belum sungguh-sungguh bertobat, tatkala ia jatuh dalam dosa, ia bukannya segera sadar dan berbalik kepada Allah, namun justru menyelam makin dalam tanpa perlu untuk bertobat dan menerima pengampunan. Ia menikmati kehidupan dalam dosa. Jika Anda tidak merasa sedih dan menderita ketika melihat dosa dan membenci dosa, apalagi dosa yang Anda lakukan, Anda bukanlah orang yang sungguh-sungguh bertobat.

 

            Ketika saya memberikan pelayanan di Efata Rotterdam Church, Negeri Belanda, gembalanya menceritakan kepada saya tentang bagaimana hancurnya Kekristenan Belanda. Ia menggambarkan bagaikan Samson yang telah menjadi buta, itulah Kekristenan Belanda. Ia juga memberitahukan kepada saya bahwa banyak orang Indonesia yang sudah terpengaruh oleh kehidupan penduduk asli, misalnya hidup dalam dosa dan ‘kumpul kebo’. Saya kaget ketika ia berkata bahwa orang-orang yang hidup secara ‘kumpu kebo’ ini tidak merasa perlu untuk bertobat. Mereka menuntut gereja untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk ambil bagian dalam pelayanan gerejawi tanpa mau meninggalkan kehidupannya yang penuh dengan dosa. Gereja yang menjaga kekudusan Tubuh Kristus menolak mereka untuk ambil bagian dalam pelayanan suci gerejawi, kecuali kalau mereka mau bertobat dan meninggalkan kehidupan ‘kumpul kebo’ atau hidupnya yang penuh dengan dosa. Sungguh mengherankan, karena disiplin gereja ini tidak membuat mereka sadar dan bertobat, justru akhirnya mereka membentuk persekutuan sendiri, yang terdiri dari orang-orang yang sama dan untuk pelayanan mimbar mereka mengundang para pengkhotbah yang mereka pikir bisa dibayar.

 

            Orang-orang seperti di atas memiliki antusias pelayanan, walaupun kita tidak tahu apakah motivasi mereka. Saya tidak berpikir bahwa orang yang menganggap sepele dosa, bahkan dosa yang sangat menyedihkan ini adalah orang yang sungguh-sungguh bertobat.

 

            Kelima, orang yang tidak memiliki hati yang sungguh-sungguh untuk mengemban tugas suci dari Tuhan, yaitu misalnya menjaga kekudusan dan menuruti firman Tuhan, bukanlah orang yang telah bertobat.

 

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah dating.” (II Korintus 5:17)

 

            Kata ciptaan baru di sini dalam bahasa aslinya adalah ‘ktisis’ yang berarti ‘creation’ atau sejajar dengan kata ‘bara’ dalam bahasa Ibrani P.L. yang berarti ex nihillo, ‘dari tidak ada menjadi ada’. Paulus ingin menjelaskan bahwa arti ‘ciptaan baru’ adalah ciptaan yang benar-benar baru bukan ciptaan baru yang dibangun di atas manusia lama, karena manusia lama telah mati dalam kematian Kristus ketika kita percaya. Oleh sebab itu, jika Anda adalah ciptaan baru, orang yang telah sungguh-sungguh bertobat, Anda tidak akan sejahtera hidup dalam dosa. Kehidupan dosa adalah karakter dan esensi manusia lama, bukan manusia baru. Oleh sebab itu, orang yang tidak menjaga kekudusan dan menuruti Firman Tuhan, bukanlah ciptaan baru. Ia bukanlah orang yang telah sungguh-sungguh bertobat.

 

            Salah satu ciri yang nyata bagi orang yang telah diselamatkan adalah ingin agar orang lain juga diselamatkan. Jika Anda tidak memiliki kerinduan hati agar orang lain diselamatkan, saya ragu apakah Anda benar-benar telah bertobat. John Newton sebelum bertobat adalah seorang penjahat. Ia adalah seorang pedagang budak. Namun setelah bertemu dengan Yesus, ia mengalami perubahan yang luar biasa. Ia menjadi ‘ciptaan baru’. Ia meninggalkan pekerjaannya dan menyerahkan diri untuk melayani Tuhan, menjadi hamba Tuhan. Ia menggembalakan jemaat di sebuah kota kecil. Pertobatannya menuntunnya kepada suatu perubahan hidup yang luar biasa. Menjauhi dosa dan melayani Tuhan dengan semangat dan kerinduannya agar setiap orang boleh memperoleh kasih karunia keselamatan yang begitu besar terlukis dari lagu yang diciptakannya yang telah memberkati banyak orang di seluruh dunia, yaitu Amazing Grace! How Sweet the Sound yang digubahnya pada tahun 1779.

 

            Sangat besar anugerahNya, yang t’lah kualami!

            Sesat Aku dulu kala, S’lamatlah ku kini

           

            Oleh anugerah hilanglah, segala takutku

            Betapa indah anugerah, memb’ri berkat restu

 

            Sering bahaya dan jerat, mengancam hidupku

            Oleh anugerah ku s’lamat, ke sorga ku tuju

 

            Di rumah Bapa yang baka, T’rang bagai sang surya

            Sejuta tahun ku di sana, tak habis ku puja!

(Amazing Grace, terjemahan LLB Sangat Besar Anug’rahNya)

           

Keenam, orang yang mengasihi apa yang ia miliki di dunia ini lebih dari kasihnya kepada Kristus bukanlah orang yang sungguh-sungguh bertobat.

 

Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, jualah segala milikimu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Yesus berkata kepada murid-muridNya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi orang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan sorga.” (Matius 19:21-23)

 

Orang muda yang kaya ini tidak dapat masuk sorga bukan oleh karena ia kaya dan juga bukan oleh karena ia tidak mau menjual hartanya dan membagikan kepada orang-orang miskin. Ia tidak dapat masuk sorga karena ketika diperhadapkan pada pilihan, antara mengikut Yesus atau mempertahankan hartanya, ia memilih untuk mempertahankan harta miliknya. Orang yang lebih mengasihi apa yang ia miliki di dunia ini lebih daripada kasihnya kepada Kristus, ia bukanlah orang yang telah sungguh-sungguh bertobat dan tidak akan dapat masuk ke dalam kerajaan Sorga.

 

Di sini saya tidak bermaksud supaya Anda semua menjual seluruh harta yang Anda sekalian miliki dan memberikannya kepada gereja atau kepada orang-orang miskin untuk menunjukkan bahwa Anda telah bertobat – walaupun jika Anda lakukan itu baik – namun di sini saya mau menegaskan, jika Anda diperhadapkan pada pilihan untuk memilh harta dunia atau memilih Kristus, apakah Anda dapat melepaskan harta dunia dan memilih mengikut Kristus? Jika Anda lebih memilih harta dunia, maka Anda sama seperti orang muda yang kaya dalam Matius 19:16-26, Anda belum sungguh-sungguh bertobat. Anda tidak layak untuk masuk ke dalam kerajaan Sorga, lebih sulit dari “seekor unta masuk lobang jarum” (Matius 19:24).

 

 

            Sambil membandingkan dengan bukti-bukti orang yang belum bertobat di atas di atas, marilah kita melihat empat bukti yang menunjukkan bahwa Anda benar-benar sudah bertobat. Bahasa asli Alkitab, bahasa Yunani memiliki beberapa kata dan pengertian yang dalam untuk kata “bertobat” ini. Bahasa Yunani ‘epistrepho’ yang dalam Alkitab bahasa Inggris KJV diterjemahkan dengan kata “conversion” atau ‘konversi” memiliki arti “to turn around and towards” atau “ berpaling atau berbalik dan ke arah”. Richard Baxter menjelaskan dari kata ini menunjukkan bahwa ada dua sisi pertobatan, yaitu di satu sisi berarti berpaling dari  dosa dan di sisi lain mengubah menjadi arah kepada  Kristus. (Dr. R.L. Hymers, Jr., A Puritan Speaks to Our Dying Nation, hal. 50). Kata kedua dari kosakata Yunani Alkitab untuk bertobat adalah ‘metanoia’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris “repentance’ yang berarti ‘to undergo a change in frame of mind and felling’ dan ‘to make a change of principle and practice’  atau ‘reform’  (Wesley J. Perchbacher, The New Analitycal Greek Lexicon, hal. 272) atau secara sederhana ini berarti ‘suatu perubahan kerangka pikiran dan perasaan, perubahan prinsip dan praktek hidup, atau kembali ke bentuk semula, yaitu bentuk manusia sebelum jatuh ke dalam dosa’. Richard Baxter menjelaskan bahwa ini “menunjukkan perubahan pikiran – dari mengasihi dosa kepada mengasihi Kristus, dan membenci dosa.” (hal. 50). Kata ketiga adalah ‘palingenesia’ yang sering diterjemahkan dengan kata ‘regenartion’ atau ‘kelahiran kembali’, yang memiliki kemiripan makna dengan kata ‘metanoia’ namun sedikit berbeda, karena kata ini lebih mengacu ‘perubahan’ dalam pengertian ‘lahir kembali’, yaitu perubahan dari ‘manusia lama’ menjadi ‘manusia baru’. Dan kata keempat adalah ‘hagiasmos’ yang juga bisa berarti ‘conversion’ dan ‘sanctification’. Kata ini mengacu kepada kedalaman kasih untuk Tuhan, dan kesucian hidup yang keluar dari kasihnya kepada Tuhan itu.

 

            Dari studi kata di atas, cukuplah jelas bagi kita apa arti dari sebuah ‘pertobatan sejati itu’.  Dan apakah sifat atau natur pertobatan itu. Richard Baxter memberikan empat ‘nature of conversion’  atau sifat pertobatan, yaitu “change of mind, chage of heart,  change of life dan change of affections.” Untuk melihat apakah Anda sudah sungguh-sungguh bertobat atau belum, Anda dapat memeriksa diri Anda dari keempat perubahan ini yang seharusnya terjadi pada diri Anda.

 

Pertama, Apakah Anda telah mangalami perubahan pikiran (change of mind). Ketika seseorang mengalami pertobatan, maka mata dan pikirannya terbuka untuk memahami kebenaran. Orang yang belum sungguh-sungguh bertobat akan meragukan kebenaran Injil Kristus yang menyelamatkan. Mungkin mereka pernah mendengar, namun tidak mengerti, karena hatinya telah dibutakan oleh Iblis.

 

Alkitab berkata,

 

“Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.” (II Korintus 4:3-4)

 

            Orang yang belum sungguh-sungguh bertobat tidak memiliki perhatian yang serius terhadap kebenaran Injil. Yang menjadi perhatian utama dalam hidupnya adalah hal-hal duniawi. Mereka tidak merasa perlu serius mendengarkan khotbah atau membaca Alkitab, karena itu bukanlah yang utama dalam hidup mereka. Namun jika Anda sungguh-sungguh bertobat ada perubahan pikiran dalam diri Anda, yang mana jika dulu Anda tidak menggap khotbah atau firman Tuhan sebagai hal yang harus menjadi perhatian utama dan serius Anda, namun sekarang, setelah bertobat, Anda lebih serius memperhatikannya.

 

            Perubahan pikiran juga berarti bahwa Anda bertobat atau berbalik dari ketidakpercayaan kepada iman yang sejati. Sebelum bertobat Anda adalah seorang peragu. Anda ragu terhadap janji-janji Tuhan, ragu terhadap Firman Tuhan, bahkan ragu terhadap keselamatan Anda sendiri. Namun setelah bertobat seharusnya Anda tidak ragu lagi akan semua itu. Anda hidup penuh dengan iman yang sejati kepada Allah dan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.

            Sebelum bertobat Anda tidak merasa penting untuk menilai apakah pengajaran di gereja Anda selama ini benar atau salah. Namun jika Anda benar-benar bertobat, maka ada suatu perubahan pikiran. Anda akan berusaha mencari kebenaran dan bahkan berani menasehati, menegur, bahkan meninggalkan pengajar yang mengajarkan hal yang salah. Atau yang lebih baik mengajak diskusi pengajar Anda untuk bersama-sama kembali kepada kebenaran Alkitab.

 

Kedua, Apakah Anda telah mengalami perubahan hati (change of hearts). Perubahan pikiran yang saya maksud di atas sama dengan perubahan perasaan (feeling). Dan perubahan hati (change of hearts) yang saya maksudkan di sini adalah perubahan kehendak (will). Perubahan pikiran mempersiapkan Anda untuk mengambil keputusan atau berkehendak (will). Ketika Anda bertobat, Anda bukan hanya sekedar tahu dan berpikir (change of mind) harus memiliki dan memanifestasikan kasih Kristus, namun Anda juga harus memiliki kerinduan yang dalam untuk melakukan itu (change of hearts).

 

Ketika seseorang diselamatkan Tuhan memberikan hati yang baru dan bahkan Yesus sendiri diam atau tinggal dalam hatinya. Seringkali orang Kristen salah berdoa kepada Tuhan. Misalnya ada orang Kristen yang berdoa, “Tuhan berikanlah kasihMu kepadaku!” Doa demikian menurut saya adalah doa yang salah. Dan saya percaya Tuhan akan menjawab doa Anda demikian, “AnakKu, jika engkau meminta kasihKu kepada Ku, Aku tidak dapat memberikan kepadamu, karena Aku tidak memiliki kasih.” Saudaraku! “God has not love” tetapi “God is love”. Allah tidak memiliki kasih, tetapi Dia adalah kasih. Jika Anda mau memiliki kasih, mintalah Yesus tinggal dalam hatimu, bertobat, maka Yesus yang adalah kasih itu menjadi sumber kasih, damai sejahtera yang terus mengalir dari hatimu ke dalam seluruh hidupmu yang tiada henti-hentinya. Inilah apa yang saya maksud dengan change of heart.

 

Ketiga, Apakah Anda telah mengalami perubahan hidup (change of life). Perubahan pikiran dan hati seringkali bersifat subyektif, karena tidak ada seorangpun yang dapat melihat dengan jelas isi hati dan pikiran seseorang. Ada pepatah, “Dalamnya lautan bisa diukur, namun siapa yang dapat mengukur dalamnya hati dan pikiran manusia?” Oleh sebab itu, bertobat bukan hanya berarti perubahan pikiran dan hati, tetapi juga perubahan hidup (change of life). Apa yang nampak dalam kehidupan sehari-hari dari orang yang telah bertobat seharusnya memancarkan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya. Orang yang bisa ber-acting, pura-pura baik untuk dinilai orang sebagai orang yang telah bertobat saja belum tentu sudah benar-benar bertobat – seperti kemunafikan orang Farisi – apalagi yang dalam kehidupan sehari-harinya sama sekali tidak mencerminkan orang yang telah bertobat, mana mungkin memiliki hati yang sudah diubah, atau bertobat. Oleh sebab itu, Yesus berkata, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

 

Keempat, Apakah Anda mencari kebahagian sorgawi lebih dari pada kebahagiaan duniawi (change of affection). Tanpa saya perlu mendorong Anda untuk mengasihi diri sendiri, Anda sudah melakukannya. Karena omong kosong kalau ada orang yang mengatakan tidak mengasihi dirinya sendiri. Untuk apa Anda bekerja? Karena Anda ingin mendapat uang untuk hidup. Bukankah ini mengasihi diri sendiri. Ketika manusia belum bertobat, ia mengasihi dirinya sendiri dan kesenangan duniawi. Namun setelah bertobat kasihnya kepada dunia beralih kepada Kristus. Ia akan mengasihi Kristus lebih dari apapun yang dapat diperoleh atau dimiliki di dunia ini. Firman Tuhan berkata, “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Ia rela meninggalkan kesenangan dunia untuk melayani Tuhan.

 

Anda sekarang sudah tahu betapa pentingnya pertobatan sejati itu. Anda sekarang dapat menyelidiki hati Anda, apakah Anda sudah sungguh-sungguh bertobat. Karena saya telah memberikan ciri-ciri yang membuktikan bahwa seseorang belum bertobat. Anda harus memiliki change of mind, change of heart, change of life dan change of affection. Sudahkan ini Anda miliki? Jika belum, belumlah terlambat jika Anda mengambil keputusan sekarang untuk bertobat dengan sungguh-sungguh. Ini adalah keputusan yang paling penting dalam sepanjang hidup Anda. Jangan mengambil resiko untuk tidak melakukan ini jika Anda tahu dan seharusnya sekarang sudah tahu bahwa Anda bisa menghindari resiko mengerikan ini. Jangan memperjudikan jiwa Anda, karena Anda tidak tahu kapan pintu pertobatan masih terbuka bagi Anda. Mungkin pintu pertobatan sudah ditutup besok dan jika demikian Anda telah mengambil resiko yang sudah pasti membawa Anda ke Neraka, jika hari ini Anda tidak mau bertobat. Dan untuk pembahasan tentang pertobatan yang lebih dalam, saya membahasnya lebih detail di bab IV dari buku ini.


 

[1] Dr. R.L. Hymers, Jr., The Church That Will Be Left Behind. (Oklahoma City: Oklahoma, Hearthstone Publishing, 2001), hal. 1.

[2] Dikutip oleh Dr. R.L. Hymers, Jr. dari Jim Binney, Issues of the Heart,  Fall 200, hal.2

[3] Dikutip oleh Dr. R.L. Hymers, Jr. dari Jim Binney, Issues of the Heart, Fall 2000, hal.4

[4] Luis Palau, The Only Hope for America, Crossway Books, 1996, hal. 10

[5] James Dobson, Focus on the Family newsletter, August, 1998, hal. 2

[6] Dr. R.L. Hymers mengutip dari Martyn Lloyd-Jones, Revival, Crossway Books, 1987, hal. 57

[7] Monroe Parker, Through Sunshine and Shadows: My First Seventy-Seven Years, Sword of the Lord, 1987, hal. 61-62

[8] Baptist Bible Tribune, April 15, 1996, hal. 28.

[9] Dr. R.L. Hymers, Today’s Apostasy: How Decisionism is Destroying Our Churches. (Oklahoma City: Oklahoma, Hearthstone Publishing, 1999), hal. 8-9.

[10] Dr. R.L.  Hymers, Jr., The Church That Will Be Left Behind, hal. 37.

[11] Ibid.

[12] Ibid.

[13] Iain H. Murray, Revival and Revivalism; the Making and Marring of American Evangelicalism 1750-1858 (Edinburgh: Banner of Truth Trust, 1994), hal, 412-13.

[14] Dr. R.L. Hymers, Jr., The Great Falling Away plus Old-Time Pastoral Counseling. (Los Angeles: California, The Fundamentalist Baptist Tabernacle of Los Angeles, 2000), hal. 6.

[15] Ibid.

[16] Martyn Lloyd-Jones, Preaching and Preachers, Zondervan, 1971, hal. 95

[17] Ibid.

[18] Dr. Eddy Peter Purwanto dan Dr. R.L. Hymers, Jr, Bangkitkan Kembali Semangat Kebangunan Rohani Kaum Puritan. (Tangerang: Departemen Literatur  STT Injili Philadelphia, 2006), hal. 1.

[19] Ibid.

[20] C. H. Spurgeon, Autobiography (Edinburgh, Scotland: Banner of Truth Trust, reprinted 1976),hal. 243-244.